TEXAS POKER | CEME | DOMINO | BLACK JACK


PROMO MARSPOKER


Jumat, 11 September 2015

MARSPOKER | 2 saudari Tiriku yang Aduhai dan seksi


MARSPOKER | Sebelum aku cerita, kenalkan dulu namaku Beni. Ceritaku ini dimulai, waktu aku masuk kuliah semester pertama, aku baru saja pindah ke tempat baru karena ibuku menikah lagi dengan pria lain dan ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang seksi habis. Yang satu masih sekolah SMA kelas 3 namanya Lisa dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Rani. Si Lisa memiliki tubuh yang seksi seperti Biola idaman para pria, kalau si Rina payudaranya besar dan aku mengira ukurannya E atau F.

Suatu Hari saat aku pulang kuliah siang karena tidak ada kelas. Aku suntuk dan capek , akhirnya sesampainya dikamar saya buka situs porno dan berteriak kepada Lisa agar memanggil saya jikalau ada perlu sesuatu. Ketika saya lagi surfing film porno tiba- tiba Lisa masuk dan membawa buku biologi sepertinya ingin bertanya tentang pelajaran tersebut. Kemudian saya pun mengambil pulpen dan kertas dirak belakang komputer aku tanpa mematikan film porno aku dan berharap mencari kesempatan dengan Lisa. Saat aku sudah mengambil pen dan kertas aku melihat Lisa yang meliat layar monitor aku dengan serius ,kemudian aku bertanya " belum pernah nonton bokep?" kemudian dia menjawab" Isss... amit amit nonton bokep pegang pun ngak. Abang nonton ginian nanti Lisa kasih tau nyokap abang." sambil menoleh untuk tidak melihat komputer lagi. Dalam seketika pikiranku tidak mungkin Lisa belum pernah nonton bokep karena ekspresi  dia meliat monitor komputer aku seperti melanjutkan menonton tapi karena malu atau gengsi terpaksa pura - pura tidak melihat. " Masa udah gitu gede belum pernah nonton , tapi ekspresi kamu sepertinya udah pernah nonton tuh , kalau mau nonton bareng aja" ajakku sambil berharap jawaban positif dari Lisa. " Ah ga mau lah, nanti abang lapor lagi sama bokap kalau aku nonton ginian." jawab Lisa. " Ga kok , abang ga lapor inikan sama sama nonton. Yuk barengan aja".Lisa mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya. Yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia. Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.

Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang. “Lis, kamu terangsang yah, sampe nafsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing. “Iya nih bang Beni, bentar yah aku ke kamar mandi dulu,” katanya. “Eh… ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku. “Kasihanilah si Beni kecil,” kataku. “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku. “Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.
Dan ternyata tidak dia layanin, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kamu akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih dia kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.
Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kamulah,” kataku, “Yang penting kamu akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Bang Ben, kamu tiduran saja, kita pake gaya ’69’ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.

Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben… Ach… percepat Ben, aku mau keluar nich! ach… ach… aachh… Ben… aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dan kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.
“Lis, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku. “Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya. Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya. “Lis, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan. Kelihatannya Lisa sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lisa masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.
“Jangan Ben… entar aku hamil!” katanya tanpa berontak. “Kamu udah mens belom?” tanyaku. “Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya. Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya, “Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.” “Ach… ach… ahh…! sakit Ben, a.. ach… ahh, pelan-pelan, aa… aach… aachh…!” katanya berteriak nikmat. “Tenang aja cuma sebentar kok, Lis mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya. Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.
“Ach… a… aa ach…” teriaknya. “Sakit lagi Ben… a.. aa… ach…” “Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya. “Ben,. ach pengen… ach.. a… keluar lagi Ben…” katanya. “Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku. “Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang. “A… ach… aachh…! yach kan keluar.” “Aku juga Say…” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.
Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak. “Lis kamu enggak perawan yach,” tanyaku. “Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya. “Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.” “Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.
Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lisa, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lisa yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lisa atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.
Kali ini kelihatannya Lisa lagi ingin, setiap di rumah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di kamar, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.
Ternyata sampai malam ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayah tiriku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.
“Lisa! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lisa yang menindihiku dengan keadaan telanjang. “kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya. “Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku. “kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku. “Aku emut yach.” Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan. “Lis jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!” “Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi. “Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69’ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut. Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya. “Aach… achh…” desahnya ketika kutemukan klitorisnya. “Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..” “kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi. “Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah. “Cukup sekali aja nembaknya, taapi… sa.. ma.. ss.. sa… ma… maa ac… ach…” katanya sambil menikmati jilatanku. “Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a… aahh…” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.
“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi. “Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi. “Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya. “Siap-siap yach!” “Ayo dech,” katanya. “Ach… a… ahh…” desahnya ketika kumasukkan penisku. “Pelan-pelan dong!” “Inikan udah pelan Lis,” kataku sambil mulai bergoyang. “Lis, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku. “Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.
“Sambil bercumbu dong Ben!” Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir. “Lis kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah. “Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.” “Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan. “Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa… ach.. achh,” katanya terputus-putus. “Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda. “Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh… aa… ahh… aku percepat yach Ben,” katanya.
Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya. “Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung. “Achh… ach… bentar lagi nih.” “Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya. “Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya. Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan… “Achh… a… achh… achh… ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya. “Aku juga Ben…” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya. “Ach… ah… aa.. ach…” desahnya.
“Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku. Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lisa tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Rina, dan anehnya siang-siang begini Mbak Rina di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.
“Siang Ben! baru pulang? Lisa mana?” tanyanya. “Lisa lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?” “Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya. “Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?” Wah gawat sepertinya Mbak Rina dengar desahannya Lisa tadi malam. “Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar. “Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya. “Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya. “Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi. “Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku. “Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”
“Loh inikan…?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku. “Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lisa.” Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain. “Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar. “Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya. “Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.
Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat. “Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih muLis dan sekal. Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri. “Aku udah enggak tahan Ben,” katanya. Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku. “Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.” “Ach… kamu nakal Ben! pantes si Lisa mau,” katanya mesra.
“Ben…! Mbak…! lagi dimana kalian?” terdengar suara Lisa memanggil dari luar. “Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi. “Masuk aja Lis, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Rina. “Mbak! Entar kalau Lisa tau gimana?” tanyaku. “Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Rina,” katanya dan ketika itu aku melihat Lisa di pintu kamar sedang membuka baju. “Rir, aku ikut yach!” pinta Lisa sambil memainkan vaginanya. “Ben kamu kuat nggak?” tanya Rina. “Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lisa udah terangsang,” kataku. “Lis cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.
Tanpa menolak Lisa langsung datang mengemut penisku. “Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Rina. “Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi. Rina meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Lisa yang sedang mengemut penisku. “Lis, aku maenin vaginamu,” katanya. Tanpa menunggu jawaban dari Lisa ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Rina menegangkan pahanya, dan… “Ach… a… aach… aku keluar…” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.
“Sekarang ganti Lisa yach,” kataku. Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan. “Ach… aach…” desah Lisa. “Kamu curang, Lisa kamu masukin, kok aku tidak?” katanya. “Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lisa keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku. “Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lisa. Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga. “Kak, ach… entar lagi gant… a… ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach… aa… a… ach…!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.
“Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Rina sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya. “Aku udah terangsang lagi.” Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya. “Gimana enak penisku ini?” tanyaku. “Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”. “Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku. “Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya. “Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi. “Ach… a… aach… di.. dalem… aja…” katanya tidak jelas karena sambil mendesah. “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja… aah… ach… bentar lagi…” “Aku… keluar… ach… achh… ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku. “Ach… aach… aku… ach.. juga…” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.
Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan. “Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.” “Aku juga ach,” kataku. “Ben, Lis, lain kali lagi yach,” pinta Rina. “Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lisa. “Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku. “Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Rina mulai memegang penisku.
Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Rina atau hanya Lisa. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar